Gamelan Banjar, Warisan Seni Budaya Kalimantan Selatan yang Terus Bertahan
Radigfaculture.online, Kalimantan Selatan – Gamelan Banjar, seni musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan, merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang memiliki sejarah panjang dan nilai kultural tinggi. Seni karawitan ini dikenal dalam dua versi, yakni Gamelan Banjar versi Keraton dan Gamelan Banjar versi Rakyatan, yang masing-masing memiliki peran penting dalam perkembangan kesenian Banjar.
Gamelan Banjar, Warisan Seni Budaya Kalimantan Selatan yang Terus Bertahan - Foto Istimewa |
Gamelan Banjar versi Keraton, yang pernah berkembang di kalangan bangsawan dan istana, kini kian langka ditemukan. Musik yang dahulu menjadi pengiring berbagai upacara kerajaan ini membawa pengaruh kuat dari tradisi gamelan Jawa, terutama setelah Pangeran Hidayatullah memerintahkan para penabuhnya untuk belajar langsung ke Keraton Solo. Instrumen-instrumen seperti rebab, selentem, gambang, dan beberapa jenis gong besar dan kecil, menghiasi komposisi alat musik dalam versi keraton ini. Beberapa lagu terkenal yang pernah dimainkan dalam gamelan keraton meliputi "Wani-wani", "Mas Gemintir", hingga "Ayak-ayakan 5".
Namun, seiring berjalannya waktu, kehadiran gamelan versi keraton ini semakin berkurang. Tidak lagi mudah menemukan alat gamelan yang lengkap seperti Simanggu Besar atau Simanggu Kecil.
Sementara itu, Gamelan Banjar versi Rakyatan justru menunjukkan kekuatannya dalam bertahan di tengah masyarakat. Lebih sederhana dan praktis, gamelan rakyatan dimainkan oleh lebih sedikit penabuh, biasanya hanya delapan orang. Instrumen yang digunakan mencakup babun, sarantam, sarun, kanung, kangsi, serta gong besar dan kecil. Gamelan ini banyak digunakan dalam upacara adat dan kesenian rakyat, termasuk sebagai pengiring Tari Baksa Kembang, sebuah tarian tradisional Banjar yang terkenal.
Sejarah mencatat, keberadaan Gamelan Banjar tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Kerajaan Negara Dipa pada abad ke-14, ketika Pangeran Suryanata membawa gamelan ini sebagai hadiah dari Kerajaan Majapahit ke Kalimantan Selatan. Setelah runtuhnya Kerajaan Negara Daha pada 1526, beberapa tokoh adat seperti Datu Taruna, Datu Taya, dan Datu Putih terus mengajarkan seni gamelan dan kesenian lain kepada masyarakat, sehingga tetap hidup hingga kini.
Di daerah Hulu Sungai, gamelan ini dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh seperti Dalang Tulur, Utuh Aini dan seniman lainnya yang menyederhanakan format permainan gamelan sehingga lebih praktis dan dapat dimainkan oleh kelompok kecil.
Meskipun versi keraton dari Gamelan Banjar semakin jarang terdengar, versi rakyatan yang terus eksis menunjukkan bagaimana kesenian tradisional dapat beradaptasi dengan zaman. Gamelan Banjar adalah identitas budaya kami, dan meskipun tantangan zaman semakin besar, masyarakat tetap menjaganya sebagai warisan leluhur.
Gamelan Banjar merupakan simbol kebudayaan Kalimantan Selatan yang patut dilestarikan. Keunikan nada dan alat musiknya menjadi ciri khas yang membedakannya dari tradisi gamelan lain di Nusantara. Baik versi keraton maupun rakyatan, keduanya merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah seni budaya Banjar yang kaya dan mendalam.
Upaya Pelestarian Melihat pentingnya warisan budaya ini, beberapa upaya pelestarian dilakukan oleh komunitas lokal, pemerintah, hingga akademisi. Berbagai festival budaya Banjar yang digelar di Kalimantan Selatan turut menampilkan pertunjukan gamelan, sekaligus menjadi sarana edukasi bagi generasi muda agar lebih mengenal seni musik tradisional mereka. Di tengah gempuran budaya modern, keberadaan Gamelan Banjar yang terus bertahan menjadi bukti kekuatan dan kelenturan seni tradisional yang hidup di hati masyarakat.
Gamelan Banjar bukan hanya alat musik, melainkan sebuah identitas budaya yang telah melewati berbagai generasi. Dengan terus menjaga dan melestarikan tradisi ini, masyarakat Banjar mempertahankan jati diri dan kebudayaan yang kaya akan sejarah.