Jejak Perjuangan Datu Hamawang dalam Perang Banjar: Perjuangan Heroik Melawan Kolonialisme

Radigfaculture.online, Kalimantan Selatan - Datu Hamawang, yang sebenarnya bergelar Pangeran Kacil, merupakan keturunan Raja Sukarama dan memilih bermukim di Banua Hamawang di wilayah Hulu Sungai Selatan. Karena prasarana perhubungan di Kalimantan pada masa Kerajaan Negara Dipa hanya melalui sungai, Banua Hamawang menjadi tempat penting dengan pendaratan di Desa Kalumpang.

Jejak Perjuangan Datu Hamawang dalam Perang Banjar: Perjuangan Heroik Melawan Kolonialisme - Foto Net

Datu Hamawang menghindari kericuhan di istana Martapura, terutama setelah kegagalan perjuangan Pangeran Amir melawan Belanda antara 1787-1789. Datu Hamawang, yang diberi gelar Tumenggung Raksa Yudha oleh Raja Banjar, dikenal masyarakat sebagai Datu Bungkul. Adiknya, Ratu Kumala Sari, bergelar Datu Ibuk atau Datu Salayan, dan bersuamikan seorang Habib bergelar Datu Basuhud. Adik lainnya, Antaluddin, bergelar Temenggung Antaluddin dan Datu Tambunau.

Pada 28 April 1859, Proklamasi Perang Banjar dicetuskan dengan penyerangan benteng Belanda di Pengaron. Pada September 1859, musyawarah besar pimpinan Perang Banjar diadakan di Hamawang, dipimpin oleh Datu Hamawang dan dihadiri tokoh-tokoh penting seperti Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah.

Perlawanan melawan Belanda berlanjut, tetapi pada 1862, setelah Pangeran Hidayatullah ditangkap, Belanda menghapus Kerajaan Banjar. Pangeran Antasari diangkat sebagai raja dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Meskipun demikian, Belanda terus menekan perlawanan, mengakibatkan Datu Hamawang mengundurkan diri ke Hamawang Kiwa dan memimpin perang gerilya.

Setelah wafatnya Pangeran Antasari pada 11 Oktober 1862, Gusti Muhammad Seman melanjutkan perjuangan hingga gugur pada Januari 1905. Ratu Zulaiha dan beberapa pemimpin lainnya ditangkap dan dibuang oleh Belanda, mengakhiri Perang Banjar.

Budaya Dunia Budaya Nusantara Kebudayaan & wisata
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar