Puisi "Situs Babel" Karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak : Penggambaran Perjalanan Rohani dalam Mencari Makna


Puisi "Situs Babel" Karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak, Penggambaran Perjalanan Rohani dalam Mencari Makna - Foto Istimewa

Situs  Babel

Karya Pulo Lasman Simanjuntak


tubuh rohaniku terus mendaki

sampai ke kaki-kaki menara 

langit kelam

dibangun dengan keangkuhan

ingin merebut kemerdekaan

dari Tuhan


lalu dengan sangat ketakutan 

kutulis sejarah suara para dewa

berhala pada diri sendiri 

mulai menyembah matahari pagi 


maka datanglah raja nebukadnezar 

dalam mimpiku

diam-diam mentahbiskan

patung emas setinggi enam puluh hasta

di dataran dura wilayah babilonia


"kamu harus menyembahnya saat sangkakala dibunyikan karena ini akan jadi sembahan manusia akhir zaman yang semakin brutal menyobek kelamin dewa dan korupsikan anggaran pendapatan negara di negeri tanpa matahari," katanya penuh amarah


jadilah sembahyangku bersama sadrakh, mesakh, dan abednego

persis di pintu dapur api yang menyala-nyala liar


imanku terbangun 

dari himpitan  batu karang tegar

garang melawan ketidakadilan

kemiskinan yang terus memanjang

kelaparan bertubi-tubi

menusuk pisau bumi


mengapa bunga utang piutang 

makin bertumbuh ke atas ? tanyaku lewat media sosial 

sampai menembus dua puluh dua ribu triliun rupiah

tersebar dalam kantong-kantong plastik hitam

berakhir pada hamparan beras hitam


"tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku raja ,kami tidak akan memuja dewa tuanku selain pencipta langit dan cakrawala sampai langit ketiga," jawabnya


aku jadi ikut tertawan

di tempat pembuangan binatang liar

tempat pertambangan 

orang-orang durhaka

yang telah mencuri kutuk dosa

berzinah dan bersetubuh tak wajar

dengan perempuan-perempuan asing

sambil tak lupa

rajin memuja dewa bel-marduk


kembali aku ikut menggenapi nubuatan

bersama ezra dan nehemia

membangun tembok kekar  kota suci

meratapi tangisan paranabi


"ayo,pembaharuan harus segera dilakukan

sebelum turun hujan anggur kemurkaan

terbakar api dan belerang," pesan para ahli khatam yang tiba-tiba muncul membawa kitab taurat


menatap mataku berat

mereka  seperti minta doa penyembahan

pengampunan nenek moyang 

yang terluka darah murtad

terjebak dalam cawan lembab


situs babel sudah rubuh

lenyap ditiup badai gurun pasir

tak bisa bangkit lagi percabulannya

bernyanyi atau menari kepalsuan

di gedung kesenian tempat pemujaan

ribuan katak dan roh-roh najis


tertimbun dosa membatu

jadi timbul malapetaka mengerikan

dibakar api dan belerang


Jakarta,  Senin, 5 Juni 2023


Merupakan sebuah karya puisi baru yang menarik, "Situs Babel" karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak, telah diterima dengan apresiasi tinggi dalam dunia sastra. 

Dalam penjelasan yang disampaikan oleh Penyair Shiny Ane El'poesya melalui Laman Facebook Poiesis Community & Circle di Jakarta, puisi ini dianggap sebagai cerminan perjalanan rohani yang tak kenal lelah dalam mencari makna di balik struktur dan kekuasaan dunia.

Penyair Pulo Lasman Simanjuntakn - Foto Istimewa 

Menurut Penyair Shiny Ane El'poesya, "Situs Babel" adalah sebuah narasi yang menggambarkan keinginan manusia untuk mencapai kemerdekaan dari apa yang dianggap sebagai otoritas tertinggi. Namun, dalam perjalanan ini, mereka terjebak dalam belenggu keangkuhan dan keputusasaan.

Awalnya, pelaku dalam puisi mencoba menaklukkan langit dengan bangunan megahnya, berusaha merebut kemerdekaan dari apa yang dianggap sebagai Tuhan. Namun, dalam keangkuhan itu, muncul ketakutan yang mendalam, menyadarkan mereka bahwa kebenaran sejati tidak dapat ditemukan dalam penghambaan diri atau dalam materi semata.

Kemudian, dalam mimpi pelaku, muncul raja Nebukadnezar yang melambangkan kekuatan dunia dan penindasan terhadap kebenaran spiritual. Dalam pertarungannya dengan raja ini, pelaku menemukan kekuatan iman yang muncul dari dalam, menentang ketidakadilan dan kemiskinan yang melanda.

Selain itu, melalui pemikiran penyair ini, pertanyaan yang diajukan melalui media sosial tentang pertumbuhan utang piutang dianggap mencerminkan kegelisahan dan ketidakpuasan terhadap kondisi dunia yang terus berubah dan tidak adil. Penyair meyakini bahwa hanya dengan memuja Sang Pencipta, kita dapat menemukan jawaban yang sejati.

Dalam karya puisi ini, perjalanan pelaku membawa mereka ke tempat pembuangan, di mana mereka merasakan penderitaan dan dosa-dosa yang dilakukan oleh orang-orang jahat. Namun, mereka juga menjadi bagian dari upaya pembangunan kembali yang dilakukan oleh Ezra dan Nehemia, menciptakan tembok suci untuk melindungi kebenaran dan keadilan.

Akhirnya, Situs Babel runtuh, melambangkan keruntuhan dari kebohongan dan kepalsuan yang telah mendominasi. Meskipun malapetaka yang mengerikan datang sebagai konsekuensi dari dosa dan ketidakbenaran, namun ini juga dianggap sebagai peluang untuk memulai kembali dengan benar, membangun fondasi yang kokoh atas kebenaran dan iman.

Puisi Seni Sastra
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar