Tradisi "Batimung Banjar" dan Nilai Pendidikan yang Terkandung Didalamnya

Radigfaculture.online, Kalimantan Selatan - Batimung adalah  perawatan tubuh yang merupakan bagian dari adat masyarakat Kalimantan Selatan. Batimung atau mandi uap adalah metode sebagai penyegar atau untuk merelaksasi otot yang dilaksanakan pada ruangan khusus dimana sisi ruangannya mengeluarkan uap panas yang beroperasi antara suhu 43°C dan 46°C.

Tradisi Batimung Banjar - Foto Istimewa

Batimung itu sendiri merupakan tradisi leluhur suku Banjar yang diwariskan secara turun-temurun, namun sayangnya masih belum ada catatan sejarah yang pasti tentang Batimung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Batimung adalah salah satu prosesi dalam perkawinan adat suku Banjar, dilaksanakannya Batimung bertujuan untuk membuat badan pengantin menjadi segar dan bugar serta harum sebelum melaksanakan resepsi perkawinan. Biasanya Batimung dilaksanakan minimal tiga hari sebelum kedua pengantin melaksanakan resepsi perkawinan mereka.

Batimung dilaksanakan dengan mengolesi pengantin terlebih dahulu dengan lulur yang terbuat dari rempah-rempah pilihan. Sementara itu, air direbus dengan campuran rempah-rempah yang nantinya akan dimasukkan bersamaan dengan pengantin ke dalam lapisan kain penutup. Jika air sudah mendidih maka pengantin ditutup dengan kain berlapis-lapis bersamaan dengan air rebusan tadi yang diletakkan di dalam wadah, diamkan selama kurang lebih 30 menit, setelah itu kain penutup tadi dibuka. Hal tersebut dilakukan secara berulang sebanyak tiga kali berturut-turut. 

Proses Batimung ini melibatkan banyak pihak baik itu keluarga maupun orang yang ahli dalam hal Batimung. Pengantin pun diharuskan sabar dalam mengikuti segala prosesi dalam Batimung, hal ini demi kebaikan pengantin itu sendiri agar ketika bersanding di pelaminan wajah kedua pengantin terlihat berseri, tidak mengeluarkan aroma yang kurang sedap dan badan terasa lebih bugar sehingga resepsi pun dapat terlaksana dengan baik. 

Rempah Dalam Tradisi Batimung - Foto Istimewa

Tradisi Batimung jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka akan banyak ditemukan nilai-nilai pendidikan Islam yang terpendam di dalam belum disadari oleh masyarakat pada umumnya. Nilai-nilai pendidikan Islam tersebut menyatu dalam tradisi Batimung sehingga membuat masyarakat belum bisa menyadari keberadaan dari nilai-nilai pendidikan Islam. Dilihat dari proses dan tujuan Batimung itu sendiri maka jika lebih didalami dan dihayati maka dapat ditemukan nilai-nilai pendidikan Islam di dalammnya. 

Mulai dari proses Batimung, dimana dapat dilihat bahwa nilai pendidikan Islam yang terpendam adalah bahwa seorang mempelai haruslah menjaga kebersihan tubuhnya dengan cara membersihkannya dengan bahan-bahan yang dapat diambil dari alam. Kaitannya dengan pendidikan Islam adalah kebersihan merupakan salah satu budaya hidup yang diajarkan oleh Islam, Islam mengajarkan dan membimbing pemeluknya untuk selalu menjaga kebersihan baik itu jasmani dan rohani, hal kecil yang dapat dilihat bahwa Islam mengajarkan kebersihan adalah ketika umat Islam hendak shalat maka diwajibkan untuk berwudhu dengan membasuh bagian-bagian tubuh tertentu.

Kemudian jika dilihat dari tujuan Batimung yang bertujuan agar wajah pengantin terlihat berseri, tidak mengeluarkan aroma kurang sedap dan badan terasa bugar. Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam maka akan didapatkan suatu nilai pendidikan Islam yang luhur dari tujuan Batimung tersebut, Islam mengajarkan umatnya untuk selalu terlihat berseri dan menebarkan senyum kepada orang-orang karena senyum adalah sedekah, kemudian Islam mengajarkan kepada umatnya agar memakai wewangian untuk menjaga aroma tubuh terutama ketika beribadah disunnahkan memakai wewangian karena malaikat suka dengan umat Islam yang wangi. 

Ketika seseorang memiliki wajah yang berseri dan tubuhnya yang wangi dalam artian tidak mengeluarkan aroma yang kurang sedap maka orang-orang di sekitarnya akan nyaman, betah dan suka berada di dekatnya serta bersosialisasi dengannya, hal ini merupakan salah satu akhlak yang mulia bagi seorang muslim karena telah menyenangkan dan membuat nyaman orang-orang di sekitarnya. Maka dapat disimpulkan bahwasanya Batimung memiliki nilai-nilai pendidikan Islam yang belum disadari oleh masyarakat, secara umum Batimung mengajarkan bahwa seseorang dalam hidup haruslah menjaga kebersihan dan memiliki akhlak yang luhur di kehidupan sehari-hari. 

Pelaksanaan tradisi di masyarakat bisa dikatakan adalah suatu kebutuhan masyarakat itu sendiri, akan tetapi dibalik melaksanakan tradisi, masyarakat dapat dikatakan kurang bahkan tidak menyadari bahwa ada nilai-nilai penting di dalam tradisi tersebut, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap nilai dalam suatu tradisi khususnya nilai Islam yang seharusnya melekat pada masyarakat muslim yang merupakan masyarakat mayoritas di Kalimantan Selatan.

Masyarakat perlu menyadari bahwa pentingnya suatu nilai Islam di dalam tradisi tersebut, Ketika masyarakat bisa menyadarinya maka pelaksanaan tradisi akan lebih bermakna bukan lagi hanya sekedar suatu tradisi yang merupakan kebiasaan yang dilaksanakan masyarakat akan tetapi masyarakat akan lebih mengerti dan paham bahwa dengan  melaksanakan tradisi tersebut mereka secara tidak langsung juga menjaga dan melestarikan nilai-nilai keislaman sehingga pelaksanaan tradisi dapat dikatakan sebagai suatu ibadah dan bisa bernilai pahala di sisi Allah Swt, sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia di muka bumi yaitu untuk beribadah kepada Allah Swt. 

Pelaksanaan batimung terdapat beberapa proses yang harus dilaksanakan, yaitu: 
  1. Mencari ramuan-ramuan berupa daun lengkuas, daun dilam, pudak, serai wangi, limau purut, bunga-bungaan seperti mawar, melati, kenanga, cempaka, dan lain-lain. 
  2. Meracik, yaitu proses memotong rempah-rempah menjadi beberapa bagian agar memudahkan proses pengadukan. 
  3. Maaduk, yaitu proses mencampurkan semua rempah-rempah yang sudah dipotong kedalam wadah kuantan yang berisi air.
  4. Bajajarang, yaitu proses mencampurkan semua ramuan-ramuan ke dalam wadah yang disebut kuantan tanah yang berisi air secukupnya. Setelah itu, semua bahan direbus di atas api. 
  5. Maurak tikar purun, yaitu kegiatan menyiapkan alat-alat untuk menutup tubuh yang akan di-timung agar uap air yang di dalam tidak keluar. Perlengkapannya, yaitu tikar anyam (tikar purun), kain-kain atau sarung, selimut yang berbahan tebal. 
  6. Maurai tikar purun, yaitu kegiatan menyiapkan tikar purun yang dibentuk seperti lingkaran, tujuannya untuk menutupi atau melindungi badan selama proses batimung dilakukan. 
  7. Maangkut, yaitu proses mengangkat jajarangan rempah-rempah yang sudah mendidih untuk dimasukkan ke dalam tikar purun yang telah disiapkan untuk batimung. 
  8. Batimung, yaitu proses pelaksanaan akhir orang yang akan di-timung didudukkan di atas kursi kecil, di antara kedua kakinya di dekat tempayan dia duduk diletakkan kuantan tanah yang berisi air panas dengan jajarangan ramuan-ramuan. Kemudian badan yang di-timung tersebut ditutupi dengan gulungan tikar purun yang telah disiapkan, kecuali bagian kepala yang tidak ditutupi. Selanjutnya, orang tersebut dibungkus lagi dengan kain tebal atau sejenis selimut dengan tujuan agar uap air yang di dalam tidak keluar. Proses ini berlangsung selama beberapa puluh menit sampai air dalam kuantan berisi jajarangan ramuan mendingin dan di situlah proses batimung selesai.
  9. Setelah keluar dari gulungan tikar purun dan kain-kain, orang yang di-timung tersebut mengeringkan badannya dengan handuk, proses ini disebut dengan istilah wanas.
Jenis-jenis Batimung

-Batimung Obat
 
Batimung Obat pada peralatan dan bahan dalam timung pengobatan Dayak Meratus yaitu: 1) bahan berupa daun sungkai, daun sambung, daun balik angin, daun kunyit, daun gulinggang, daun tandui, daun teramba bisa, daun halaban (lihat gambar 1), dan daun tatawar; 2) peralatan yang digunakan dalam proses batimung adalah pengaduk air (centong besar dengan gagang panjang) yang dibuat dari kayu yang keras, periuk untuk merebus ramuan, tikar purun yang digunakan untuk membungkus badan si sakit, kain (tapih bahalai) natau selimut digunakan untuk melapisi bagian luar tikar purun agar tubuh si sakit benar-benar terbalut dengan rapat, bangku rendah dipergunakan untuk empat duduk si sakit ketika proses timung dilakukan; 3) proses batimung, dimulai dengan menyediakan semua kebutuhan bahan yang diperlukan, mulai dari ramuan sampai pada bahan-bahan yang lain. 

Setelah semua ramuan tersedia kemudian direbus dengan air sampai mendidih di dalam periuk atau panci yang cukup besar. Setelah mendidih  air rebusan tersebut diletakkan di depan orang yang akan di-timung. Ada dua versi dalam tata cara meletakkan air rebusan ramuan tersebut, ada yang langsung di dalam panci tempat rebusan, dan ada pula yang dipindahkan ke panik yang lain yang memiliki penutup karena batimung ini memanfaatkan uap air secara sedikit demi sedikit. Setelah itu, prosesnya si sakit duduk di atas bangku di depan air rebusan sambal badannya ditutup dengan tikar purun atau tikar dari daun pandan secara melingkar. Lingkaran tikar tersebut sampai kepala dan diikat di atasnya, seperti ikatan pocong. Setelah di dalam, si sakit harus membuka sedikit demi sedikit tutup panci rebusan tersebut, sehingga uap airnya keluar. 

Apabila uap airnya makin sedikit si sakit harus mengaduk air rebusan ramuan tersebut dengan centong untuk menghasilkan uap air yang lebih banyak. Lama waktu si sakit berada dalam lingkaran tikar tersebut ialah sebatas dari kemampuan si sakit dalam menahan panas dari uap air dan asap yang dikeluarkan. Ketika mulai sesak nafas, ia bisa keluar dan nanti masuk kembali ke dalam tikar. 

-Batimung Batu

Setelah melakukan batimung beberapa kali, tetapi kondisi si sakit belum berangsur pulih atau belum maksimal kesembuhannya, maka pada masyarakat Dayak Meratus melakukan batimung batu. Cara yang harus dilakukan dalam proses batimung ini harus menyiapkan 1) bahan- bahannya, yaitu daun sungkai, daun sasambung, daun balik angin, daun kunyit, daun gulinggang, daun tandui, daun teramba bisa, daun halaban, daun tatawar, dan batu Sungai (dengan ukuran kurang lebih 2-3 kepalan tangan); kegunaan batu adalah setelah dibakar akan mengeluarkan panas dan batu ini untuk melengkapi proses terapi batimung; 2) peralatan yang digunakan dalam proses batimung, yaitu: pengaduk air (centong besar) yang dibuat dari kayu yang keras, periuk untuk merebus ramuan, tikar purun yang digunakan untuk membungkus badan si sakit, kain atau tapih bahalai atau selimut digunakan untuk melapis bagian luar tikar purun supaya tubuh si sakit benar-benar terbalut dengan rapat, bangku rendah dipergunakan untuk tempat duduk si sakit ketika proses timung dilakukan; 3) proses pelaksanaannya sama seperti di atas, yaitu ramuan disatukan semua dan direbus dengan memakai panci dengan ukuran sedang. Perbedaannya dengan timung pertama tersebut adalah proses pembakaran batu. 

-Batimung Pengobatan Pada Masyarakat Banjar 

Bahan yang digunakan, yaitu akar dan daun tanaman tibarau (sejenis pohon tebu yang tidak manis (biasanya tumbuh di pinggir sungai), daun pandan yang aromanya wangi, gula batu soda dengan gula yang kadar gliserolnya yang tinggi (bisanya dijual di apotek atau di pasar tradisional), serpihan susuk rumah yang dari kayu ulin, dan akar riu-riu yang banyak tumbuh di hutan. Peralatan yang dipergunakan, yaitu pengaduk air (centong besar) yang dibuat dari kayu yang keras, periuk untuk merebus ramuan; dahulu yang dipakai untuk merebus ialah kuali khusus dari tanah, tetapi risikonya kuali itu bergoyang dan tumpah kena kaki si sakit, tikar purun untuk menutupi badan sakit, kain atau tapih bahalai atau selimut untuk melapisi tikar purun pada tempattempat tertentu, bangku rendah untuk tempat duduk orang yang akan ditimung. 

-Batimung Kupiah Rabit (Peci Rusak) 

Proses Batimung Kupiah Rabit meliputi air satu panci dicampur dengan akar-akaran (ramuan dan direbus sampai mendidih. Dalam ramuan yang 
direbus tersebut dimasukkan sobekan kupiah rabit. Setelah mendidih lalu si sakit membungkus badan dengan tikar purun dan ditambah lagi dengan selimut tebal. Tikar purun dililit sampai leher. Sebelum proses timung dilakukan, panci berisi air yang sudah direbus tersebut ditutup. Kemudian, air rebusan di dalam panci itu dimasukkan ke bawah tempat duduk yang sedang di-timung. Setelah itu si sakit duduk di bangku dan air rebusan tersebut dimasukkan ke bawahnya. Sambil duduk, si sakit harus membuka sedikit demi sedikit tutup panci tersebut dan pada saat-saat tertentu air rebusan ramuan tersebut diadukaduk. Pada saat memulai timung, si sakit disarankan untuk membaca doa untuk kesembuhannya. Lama proses timung ini sampai air ramuan tersebut sudah dingin atau selama si sakit mampu menahan panas saat ditimung. 

-Batimung Dengan Kulit Ular 

Proses batimung ini merupakan lanjutan dari proses batimung dengan menggunakan media air, baik bagi masyarakat Banjar maupun masyarakat Dayak. Proses ini biasanya dilaksanakan karena si sakit terkena wisa (hepatitis) yang sudah dianggap akut atau sakit parah. Alasan menggunakan kulit ular sebagaimana kepercayaan masyarakat di Tapin dengan memanfaatkan itu sebagai salah satu obat maka penyakit yang diderita oleh si pasien akan mengelupas dari badan seperti lepasnya kulit ular tersebut dari badannya. Ramuan untuk proses batimung ini kadang agak sulit didapat. Ramuan yang sulit di dapat adalah selimung ular tadung atau kulit ular kobra yang sudah berganti kulitnya.

Berdasarkan jenisnya, batimung dapat dikelompokkan menjadi batimung kesehatan dan batimung pengobatan. Berdasarkan jenisnya batimung Banjar dan Dayak Meratus dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yakni 1) batimung basah, 2) batimung kering, dan 3) batimung mayat (batimung matahari). Pada mayarakat Banjar batimung pengobatan dapat dibagi lagi berdasarkan bahannya, yaitu batimung kupiah rabit dan batimung kulit ular. 

Adapun nilai pendidikan Islam pada tradisi Batimung adalah sebagai berikut:
  • Nilai Pendidikan Akhlak pada Tradisi Batimung telah jelas mengajarkan kepada masyarakat agar dapat memiliki akhlak yang baik. Adapun akhlak tersebut terbagi ke dalam beberapa akhlak sebagai berikut: 
  1. Akhak terhadap Allah Swt Tradisi Batimung yang berupa suatu kegiatan membersihakn diri merupakan salah satu bentuk akhlak terhadap Allah Swt. Yaitu membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah kepadaNya. Dengan membersihkan diri berarti seseorang dapat menjadi hamba yang taat kepada-Nya. 
  2. Akhlak terhadap Diri Sendiri Tradisi Batimung merupakan salah satu cara untuk merawat diri, dengan Batimung seseorang telah membersihkan badannya dari segala kotoran yang ada di dalam tubuh. Dengan membersihkan badan maka seseorang telah memiliki akhlak terhadap dirinya sendiri, Islam mengajarkan agar selalu menjaga diri khususnya dalam hal kebersihan/kesucian baik itu jasmani maupun rohani. 
  3. Akhlak terhadap Orang Lain/Lingkungan Sekitar Seseorang yang telah selesai melaksanakan Batimung biasanya terjadi perubahan dalam perilakunya seperti lebih ramah, murah senyum dan lebih percaya diri. Hal tersebut adalah suatu bentuk akhlak yang baik terhadap orang lain dan lingkungan sekitar, dengan demikian tradisi Batimung mengajarkan akhlak yang baik terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. 
  • Nilai Pendidikan Mualamah pada Tradisi Batimung adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari interaksi dengan orang lain yang disebut dengan hubungan sosial. Dalam Islam hubungan sosial dikenal dengan sebutan muamalah yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Tradisi Batimung tidak terlepas dari masyarakat di dalamnya sehingga terjadilah hubungan sosial. Adapun hubungan sosial yang terjadi dalam tradisi Batimung adalah sebagai berikut:
  1. Hubungan Sosial dalam Keluarga Pelaksanaan Batimung telah menjadikan hubungan dalam keluarga menjadi lebih baik seperti lebih akrab, lebih solid dan hubungan kekerabatan terjalin dengan utuh. Dengan demikian, tradisi Batimung mengajarkan bahwa pentingnya menjaga hubungan dengan keluarga.
  2. Hubungan Sosial dalam Masyarakat Kehadiran masyarakat dalam tradisi Batimung juga merupakan suatu keharusan. Dengan adanya tradisi Batimung, menjadikan hubungan sosial dalam masyarakat menjadi lebih baik, masyarakat bisa menjalin kerja sama yang baik dalampelaksanaan tradisi Batimung. Dengan demikian, tradisi Batimung mengajarkan kepada masyarakat bahwa pentingnya menjalin kerja sama dalam melaksanakan suatu kegiatan. 
(Sumber : Jurnal Manajemen Pendidikan Al-Hadi Volume 4, Nomor 1, Tahun 2024)
Budaya Dunia Budaya Nusantara Kebudayaan&wisata
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar