Mengungkap Tradisi Banjar (Babilangan Ngaran) Dalam Lagu Banjar "Pacah Dalam Bilangan" Karya Rama Haur Kuning

Radigfaculture.online, Hulu Sungai Tengah - Dari sekian banyak tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat kita adalah kepercayaan dalam melakukan perhitungan (Babilangan ngaran) atau aksara nama untuk perjodohan serta kepercayaan perhitungan untuk mengetahui hari yang tepat untuk perkawinan.

Rama Haur Kuning -Foto Radigfa Media

Kepercayaan dalam perhitungan tersebut tidak lenyap begitu saja walau masyarakat daerah sekarang ini dipandang sudah cukup maju baik dari segi keberagamaan, pendidikan, ataupun ekonomi.

Kehidupan masyarakat ini tidak terlepas dari pengaruh budaya atau adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang sudah melekat sebelum kedatangan Islam, asimilasi dan akulturasi budaya tak terhindarkan pada masyarakat Banjar. 

Hal ini tentunya menyebabkan semua adat istiadat yang mereka lakukan seakan-akan semua berasal dari Islam, tak terkecuali masalah perhitungan (Babilangan Ngaran) secara irasional untuk menentukan jodoh yang cocok atau paling tepat untuknya, termasuk masalah kepercayaan dalam menentukan hari yang bagus untuk melangsungkan suatu perkawinan.

Untuk menentukan calon isteri atau suami masyarakat Banjar pun selalu melakukan, dengan bertanya kepada orang ”Pintar” ataupun spiritualis tentang baik tidaknya kalau mereka disatukan, yang dalam bahasa Banjarnya apakah ”satihang”, saurat, sajodohkah”. 

Masyarakat Banjar sering mengaitkan karena aksara namanya terlalu tinggi atau nama itu tidak cocok untuk dimilikinya, walau nama itu baik/bagus menurut artinya. 

Bila ternyata dianggap tidak ”satihang/saurat/sajodoh”, Maka tidak menutup kemungkinan perjodohan dibatalkan atau dicari jalan keluar dengan cara mengganti nama calon isteri atau suami.

Walaupun secara lahir atau batin bagus untuk disatukan seseorang dengan pasangannya, namun masyarakat Banjar masih mempercayai hitungan (Babilangan Ngaran) kapan hari perkawinan yang tepat untuknya, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti hari hujan saat perkawinan atau semua masakan tidak enak atau basi, kesurupan waktu bersanding dan lain sebagainya.

Tradisi ini sangat erat juga kaitannya dengan masyarakat Banjar di daerah Pahuluan (hulu sungai), yang mana hingga saat ini tradisi ini acap kali masih digunakan dan dipercayai masyarakat kebenarannya.

Berangkat dari budaya adat istiadat tersebut dan juga pengalaman kisah kehidupan yang Rama Haur Kuning dapat dari orang-orang terdekatnya, hal ini membuat Rama Haur Kuning terinspirasi untuk dapat merepleksikannya dalam suatu karya musik spesial bergenre tradisi.

Lagu Banjar "Pacah Dalam Bilangan" ini merupakan lagu kedua yang diciptakan Rama Haur Kuning setelah lagu "Maragap Humbayang" yang bumming ditelinga masyarakat terkhusus Kalimantan Selatan.

Dengan memadukan kepiawaiannya dalam bidang musik, Rama Haur Kuning memberikan sentuhan-sentuhan detail dengan mengaplikasikan melodi-melodi musik tradisi Banjar yang sangat kental dalam karyanya kali ini.

Lagu tersebut mengisahkan tentang 2 sejoli sepasang suami istri yang harus mengikhlaskan terpisah ikatan karena sesuatu hal yang menjadi suratan takdir dari Sang Maha Kuasa.

Meskipun dalam "Bilangan Ngaran" atau ramalan nama kedua suami istri ini dikatakan kuat dan tak akan terpisah, tapi ternyata hal ini tidak bisa dijadikan sandaran satu-satunya jika memang takdir suratannya tak demikian.

Selain itu lagu ini juga menyiratkan makna bahwa manusia tak kuasa. Apa yang mereka kehendaki maupun apa yang mereka ramalkan (predeksi) bisa saja tak seiras  dengan kehendak yang di atas.

Kemudian lagu ini juga menyiratkan bahwa pada akhirnya takdir juga yang akan berbicara, sepasang suami istri ini terpaksa harus terpisah. Istilah salah (Membilang Ngaran) inilah  yang kemudian juga dalam masyarakat Banjar disebut sebagai "Pacah Dalam Bilangan".

Setelah rilis, Lagu Banjar "Pacah Dalam Bilangan" ini ternyata mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak serta digemari oleh banyak orang.

Karya Musik Seni Musik
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar