"Mahararat" Budaya Banjar yang Hampir Punah Tergerus Moderenisasi

Radigfaculture.online, Kalimantan Selatan - Berbicara mengenai Budaya Banjar pastinya suatu hal yang perlu dilestarikan dan diketahui generasi milenial sekarang, karena mengingat eksistensinya yang semakin tahun semakin redup dan hampir mengalami kepunahan.

Salah satu Budaya Banjar yang saat ini sudah sangat tak terperhatikan dan bahkan sudah ditinggalkan yaitu adalah Budaya "Mahararat".

Budaya Mahararat Perlu Dilestarikan - Foto Istimewa

Budaya ini mungkin terdengar asing dan kemungkinan besar tidak banyak di ketahui oleh generasi sekarang, mengingat budaya ini merupakan budaya yang sangat klasik dan kental dengan balutan Agama Islam.

Budaya "Mahararat" itu sendiri merupakan budaya asli banjar khususnya banyak dipakai atau digunakan masyarakat di daerah hulu sungai.

Dalam Budaya "Mahararat" dapat diartikan atau identik dengan kegiatan syukuran yang dilakukan ketika seseorang yang sedang belajar Al-Qur’an dapat menyelesaikan bacaan satu juz dan kemudian akan melanjutkan ke Juz berikutnya.

Untuk merayakan kenaikan Juz dalam belajar membaca Al-Quran tersebut maka diadakanlah suatu syukuran yang di sebut dengan "Mahararat".

Masih di dalam Budaya "Mahararat"  makanan yang disediakan untuk kegiatan syukuran tersebut juga bukanlah makanan sembarangan, akan tetapi ada makanan khusus yang dipercayai masyarakat memiliki filosofi tersendiri. 

Hidangan Dalam Budaya Mahararat - Foto Istimewa

Ada dua jenis hidangan yang biasanya di suguhkan dalam syukuran "Mahararat" yaitu pertama Bubur Kokoleh/Ambul dan yang kedua yaitu Ketan dengan inti atau toping dari kelapa yang dimasak dengan gula merah. 

Masyarakat percaya didalam dua hidangan tersebut memiliki makna dan filosofi kehidupan yang baik untuk anak cucunya.

Mengapa harus Bubur Kokoleh/Ambul karena masyarakat percaya bahwa filosofinya dalam kehidupan yaitu akan selalu "Bapakulih" atau selalu memperoleh kebaikan dalam menuntut ilmu agama tersebut. 

Kemudian mengapa harus ketan karena masyarakat banjar percaya bahwa hal tersebut memiliki filosofi dalam kehidupan yaitu ilmu yang didapat menjadi lengket seperti ketan hingga kapanpun dan juga bermanfaat bagi orang banyak. 

Pada intinya budaya ini harus sama-sama kita jaga dan lestarikan, mengingat sudah tak digunakan lagi oleh sebagian besar masyarakat banjar serta budaya "Mahararat" ini juga merupakan warisan budaya yang patut menjadi perhatian. 

Budaya Dunia Budaya Nusantara Kebudayaan&wisata
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar